Pilbup Bojonegoro selalu ramai, mengapa?

Tahun 2018 adalah tahun politik, Pilkada, pilbup, dan Pilwali digelar dimana-mana, termasuk Kabupaten Bojonegoro. Ada hal yang menarik dari Pilbup Bojonegoro
Mengapa Pilbup Bojonegoro selalu ramai?
Lihat saja, tahun 2012 silam, meski incumbent Kang Yoto elektabilitasnya cukup tinggi, masih ada penantang lain seperti (alm) HM. Tholhah, Andromeda Qomariyah, dan H. Moh. Choiri berikut data yang saya ambil dari website DPRD Bojonegoro
Pada akhirnya, diperoleh urutan peserta pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro 2012, sebagai berikut:
  1. Drs. H. Suyoto, M.Si – Drs. Setyo Hartono, MM. (dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat);
  2. Dr. HM. Thalhah, SH., M.Hum. – Budiyanto (dicalonkan oleh Partai Golongan Karya dan Partai Karya Peduli Bangsa);
  3. H. Moh. Choiri, SH., M.Si. – Drs. H. Untung Basuki, M.Si. (dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nasional Ulama, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Hati Nurani Rakyat, Partai Nasional Benteng Kerakyatan, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia);
  4. Drh. Sarif Usman – Dra. Hj. Syamsiah Rahim, MM. (Perseorangan);
  5. Dr. Hj. Andromeda Qomariah, Dra. MM. – Ir. Sigit Budi Ismu Hariyanto (Perseorangan).
Ramainya Pilbup Bojonegoro 2012. Gambar diambil dari blok Bojonegoro.com

Dan kali ini muncul nama-nama baru semua. Diantaranya
1. Mahfudhoh Suyoto dan Kuswiyanto, diusung oleh Partai Amanat Nasional, Nasdem, Hanura. Pasangan ini masuk dalam daftar keluarga petahana ingin maju Pilkada. Hanya saja tidak masuk dalam infografis Detik.com
2. Mulyono dan Mitroatin. Pasangan ini didukung oleh Partai Demokrat dan Golkar, Mitroatin sebelumnya menjabat sebagai ketua DPRD Bojonegoro.
3. Anna Muawanah dan Budi Irawanto. Pasangan paling santer di dekat daerah pesantren ini memang di didukung oleh PKB, meski demikian pasangan PDI-nya menjadi menyeimbangkan tokoh abangan.
4. Basuki dan Pudji Dewanto. Pasangan ini di dukung oleh Gerindra dan PPP
Nantikan, analisis perolehan suara calon Bupati Bojonegoro
Pun demikian banyak nama-nama yang mampu berhasil numpang narsis, namun gagal menepatkan nama dalam konstelasi politiknya. Nama-nama tersebut seperti Daniel Aqso, Pak Tris., Akmal Budianto,  Arief Budianto, Muhammad Fauzan, Kang Roso, Di tahun 2018 ini tidak ada yang berani jalur independen, tidak seperti sebelumnya. Kenapa?

Sebagai orang baru, dan anak muda yang baru melek setidaknya ada beberapa alasan ramainya pilbup Bojonegoro

#1 Iklim partai politik yang kompetitif
Bojonegoro merupakan daerah yang kompetitif dalam persaingan politik. Lihat saja komposisi DPRD Bojonegoro, jumlahnya hampir berimbang. Tidak ada dominasi salah satu partai yang mencolok.

#2 Sektor "Seksi" Migas
Bojonegoro merupakan daerah yang cadangannya minyaknya terbesar di pulau Jawa. Tidak mengherankan jika sektor ini akan memberikan menjadi magnet setiap orang untuk menjadi managernya.

Meski demikian, Bojonegoro memiliki tantangan yang besar. Diantaranya:

#1 Tantangan Migas
Migas bukan hanya menjadi berkah, tetapi bisa menjadi petaka jika tidak dikelola dengan baik. Kerusakan alam harus terus diantisipasi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) baik sebelum, pada saat, dan setelah proses penambangan.

#2 Kemiskinan
Kemiskinan di Bojonegoro menjadi momok bagi Kabupaten yang dilintasi Bengawan Solo ini. Pasalnya, Bojonegoro masuk dalam peringkat 8 kabupaten termiskin di Jawa Timur. Dilansir dari Bojonegoro Institut, pada tahun 2014 berada pada 15,48 dan bergerak pada 15,71 (2015) dan kemudian turun menjadi 14.60%. Kabar baik di 2017 kemaren, turun lagi menjadi 13.49% kan berhasil mengeluarkan Bojonegoro dalam 10 besar kabupaten termiskin.

#3 Ujian alam
Saya tidak berani menyebut "bencana alam" karena menurut Sujiwo Tejo alam memiliki mekanisme pemulihan yang kita sebut bencana. Lha kok nglamak menyebut sebagai bencana.

Bojonegoro berada pada aliran sungai terpanjang di Jawa memberikan momok banjir. Sumber daya ini harus di kelola dengan baik, jika tidak, akan memberikan "ujian" menghambat kegiatan masyarakat Bojonegoro.

Belum lagi keadaan di lereng pegunungan kapur selatan. Kekeringan menjadi hantu di beberapa desa. Tak jarang mereka harus menempuh perjalanan berkilo-kilo untuk mendapatkan air bersih. Pun, kadang hanya cukup untuk memasak dan minum.

#4 Tantangan Pembangunan Infrastruktur
Bojonegoro berada pada tanah gerak yang berstruktur lembek jika hujan, "nelo" jika kemarau. Hal ini mengakibatkan selalu rusaknya jalan-jalan di Bojonegoro. Bahkan, "dicor" dengan beton pun, masih pecah.

Parahnya, ruas jalan di sepanjang kecamatan Gayam masih jelek, padahal kala itu adalah satu-satunya yah menghubungkan bojonegoro dengan 2 kabupaten lain, yakini Blora dan Ngawi.

#5 Tantangan Modernitas
Bojonegoro merangkak menjadi kabupaten yang modern dan "menjadi kota" yang disebabkan sektor industri di kabupaten ini. Ketimpangan ekonomi akan menjadi masalah baru di Bojonegoro, jika perkembangan industri tidak diimbangi dengan produktivitas masyarakat. Dikutip dari beritajatim.com tingkat kedalaman kemiskinan 2.01 (2015) menjadi 2.41 (2016) sedangkan tingkat keparahan kemiskinan bergerak dari 0.42 (2015) ke 0.54 (2016)

Tingkat kedalaman kemiskinan menegaskan bahwa yang miskin makin terpelosok pada jurang kemiskinan. Sedangkan  keparahan kemiskinan menunjukkan semakin tidak meratanya pengeluaran dan daya beli masyarakat miskin.
Bagaimana keadaan Bojonegoro hari ini.
Akhir kata, semoga Bojonegoro bisa menjadi lebih baik kedepannya di berbagai sektor. Dengan meningkatnya sektor terutama pendidikan dan ekonomi. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia kedepannya, dan ekonomi adalah lahan praktis meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Disqus Comments