PMII Kembali Bertengger Menduduki BEM UM

Suasana pasca pengumuman kemenangan Pemilu 2017 untuk BEM UM 2018

Sudah banyak diketahui, kalau Organisasi Ekstra Kampus (OMEK) ikut turut andil dalam kegiatan kampus. Terutama momen politik, pemilu raya. Berbondong-bondong OMEK seperti menancapkan bendera, memampang wajah ganteng dan cantik untuk diobral, dipilih oleh mahasiswa. Diakui, baliho-baliho calon yang memukau, pertanyaannya, apakah cukup baliho itu mengantarkan mahasiswa ke TPS? Atau lebih jauh lagi ke debat terbuka?

Memasuki 4 tahun bertengger di puncak pimpinan. PMII menduduki tingkat tertinggi kampus yang sebenarnya (menurut saya) rapuh. Bagaimana tidak? Faktanya (entah keunggulan atau kekurangan) tingkatan fakultas PMII ada dan (hanya) tersebar merata tanpa memiliki akar rumput yang jelas. Saya tidak yakin juga bertenggernya akan lama.
Baca juga keunggulan dan kelemahan kaderisasi kultural PMII
Dari tahun tahun alif hingga kini tahun ya', dan untuk sekian lama ya baru-baru ini saja PMII bisa menjadi incomben di kampus UM. Padahal, kalau kamu tahu, pemenangan pemilu di awal tahun 2015 itu seperti coba-coba saja.

Coba-coba bagaimana?

Faktanya, PMII jarang ikut andil dalam pencalonan Presma, pernah (mungkin) tahun 2011. Itu pun hanya bisa mendulang suara ratusan dan menjadi pecundang. Keikutsertaan pemilu di awal 2015, tidak lebih untuk cek suara lagi. Ada niat untuk menang juga. Boleh (juga) dikatakan, coba-coba berhadiah.

Pencalonan BEM UM 2015 pun bervariatif, pasangan 1) PMII, 2) KAMMI 3) HMI. Dari 3 calon ini, PMII lah yang paling amatir. Tidak memiliki mesin politik, kecuali PMII itu sendiri. Tangan kosong dan gerilya saja. Lihat saja, KAMMI memiliki simpatisan dari gerakan LDK. HMI memiliki semua basis ormawa di MIPA, teknik sebagian, ekonomi sebagian, hingga legislatif sastra.

Tapi kalau ditakdirkan menang dengan 2045 suara, yaau gimana lagi. Amanah di depan mata. Alhamdulillah menduduki BEM. Sedangkan, pucuk pimpinan DPM, ditangani oleh saudara tua, HMI.

Tahun berikutnya, 2016 Pemilu menjadi lebih sepi. Konflik panjang KPU membuat pemira selalu diundur terus, hingga pemilu dilaksanakan bulan Maret. Padahal pembentukannya dimulai Nopember tahun sebelumnya.

Tahun 2016 ini terdapat dua calon BEM UM, salah satu diusung oleh PMII, calon lain diusung oleh HTI. Pemilu berlangsung, jebret, jebret, jebret, pilihan pertama pemenangnya. UM Berani, tagline UM Berani meraup 4000an suara.

Pemilu selanjutnya tetap berada pada tahun yang sama, 2016, di penghujung bulan. Mekanisme baru dengan e-vote ditambah calon yang lebih beragam membuat sulit untuk kalkulasi suara.
Betapa ramainya kampus jika seluruh OMEK turun dan memiliki calon masing-masing. Asyik bukan?! Urutan pertama sokongan HMI. urutan kedua sokongan PMII, urutan ketiga sokongan KAMMI, urutan 4 sokongan GMNI-IMM.

Ketika pengumuman di H+2 Pemilihan, jebret. Calon nomor urut dua menjadi pemenang. Meski suaranya telah dipotong oleh KPU sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan. Meski dikurangi, calon dengan tagline UM Progesif tetap menang. Suara diperoleh sekitar 3800-an.

Baca juga strategi penyebaran Islam Ahlussunah waljamaah An-nahdliyah di kampus umum.

Pemilu 2017 mulai sepi kembali, calon tunggal dari PMII. Sepertinya sudah menjadi siklus untuk sepi lagi. Bandingkan pemilu 2015 dengan 2016 awal, atau 2016 awal dengan 2016 akhir.

Awalnya ada 2 pasangan lolos tahap pencalonan. Calon lain yang mendaftarkan diri di KPU tiba-tiba mengundurkan diri H+2 pasca pengumuman kelolosan verifikasi berkas oleh KPU. Dan akhirnya, PMII kembali bertengger menduduki BEM UM setelah melalui mekanisme pemilu melawan suara tidak sah. Tagline gerak inspirasi meraup 8031 suara sah. Hingga saat ini belum ada release jumlah suara tidak sah dari KPU.
Demokrasi mahasiswa di UM selalu dinamis.  Setiap OMEK memiliki masa pasang dan surutyang berbeda.
Demokrasi mahasiswa di UM tidaklah statis.  Ada saatnya PMII di berada di puncak dan ada di dasar. Dengan fakta heterogenitas mahasiswa, sudah barang mutlak untuk selalu dinamis dan berubah setiap saat.

Siapa pun juga, semoga amanah!

Disqus Comments