Bedah buku Dalam Bayang-Bayang Egosentris, kerja sama antara Lapak Diskusi, IMM, Katalis Muda, Penerbit Akar dan sang tuan rumah, Kafe Pustaka. Acaranya hari Kamis tanggal 16 mei kemaren. Rencananya acara dimulai pukul 19.30 namun, penulis buku baru hadir pukul 19.45 sehingga harus mundur beberapa menit.
Acara ini dimoderatori langsung oleh editor buku sekaligus pimpinan penerbit Akar, Rino Hayyu Setyo. Moderator langsung memanaskan diskusi dengan memberi review mengenai buku Dalam Bayang-Bayang Egosentris.
Nur Alim selaku penulis menulis banyak hal selama menjadi aktivis Muhammadiyah mulai dari mengomentari, mengkritik keadaan bangsa, negara, hingga Muhammadiyah sendiri. Bahkan dia berani mengomentari Muhammadiyah yang seharusnya menjadi solusi terhadap mustadhafin, namun seringkali Teebelengkalai karena hambatan-hambatan administratif.
Menurut Ekki Robi Kusuma, selaku pembedah ada corong tembak yang kosong yang ingin ditanyakan kepada penulis. Namun ternyata sudah dipaparkan bahwa corong tembak itu banyak diarahkan ke Muhammadiyah sendiri. Sehingga menurut Ekki memang layak untuk dikaburkan.
Suasana makin panas, ketika moderator memberikan pernyataan kepada penulis dan pembedah, "Apakah sedemikian berbahayanya egosentris itu sehingga kini kian mengkhawatirkan?"
Indentitas dan naris boleh, solusi yang ditawarkan adalah litaarofu, kita diciptakan untuk saling mengenal. Ini sesuai dengan ayat Al-Quran yang artinya "Hai Umat Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku, untuk saling mengenal (lita'arofu), Sesungguhnya orang diantara kamu yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"
Berurutan Paling Kiri, Ekki Robi Kusuma (Pembedah, Ketua GMNI Cabang Malang 2013), Nur Alim (Penulis Buku Dalam Bayang-Bayang Egosentris, Sekjend DPD IMM Jawa Timur) dan Rino Hayyu Setro (Moderator, sekaligus Penerbit Akar)
Menurut Ekki Robbi, masalah identitas dan egosentris harus dicarikan moderasi masalah dari kutub-kutub egosentris. Sehingga kesadaran keberagaman makin terbangun.
Dia melanjutkan, bahwa pemuda adalah harapan bangsa. Immawan Nur Alim yang kini mengkritik keadaan bangsa, dalam 10 hingga 20 tahun mendatang akan memimpin bangsa ini. Kebayang kan, bagaimana kecemerlangan ide dalam buku ini nanti segera terwujud di kemudian hari.
Suasana Bedah Buku Dalam Bayang-Bayang Egosentris |
Pasca Diskusi, aku membaca sekilas buku dalam Bayang-bayang Egosentris ini. Ternyata memang benar-benar luar biasa. Sekilas melihat melalui daftar isi, buku ini memiliki kompleksitas yang luar biasa.
Menurut saya, kekurangan buku ini hanya satu, Cover yang kurang menarik. Cover kurang mencerminkan isi buku yang isinya sedemikian kompleks.