Islam Aswaja, Islam ala Indonesia |
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi terakhir, Muhammad SAW. Islam berkembang secara pesat, dari kota kecil di Arab, Mekah dan Madinah hingga menjadi agama mayoritas di dunia. Dalam perkembangannya, Islam mengalami tantangan, dan hambatan dari dalam dan dari luar.
Islam hari ini sering dibenturkan antara Sunni vs Syiah yang sebenarnya sudah lama ada. Tidak perlu ikut benturan yang berlebihan, karena benturan itu sudah lama ada. Agar kita bisa move on dari masa lalu.
Baca pula Berkaca pada cikal bakal perbedaan pendapat umat Islam
Secara istilah Sunni merupakan kata nisbat kepada Sunnah. Siapa golongan yang memegang Sunnah itu? Ialah Ahlussunah waljamaah. Secara terminologi, ahlun berarti Keluarga, kelompok, atau golongan, Sunnah adalah segala sesuatu dari perkataan, perbuatan dan perilaku/ ketetapan nabi Muhammad SAW. Sedangkan, jamaah berarti kelompok yang bersatu, tidak terpecah belah dan mengendepankan kebersamaan.
Aswaja akronim dari Ahlussunah waljamaah, istilah ini akan lebih mudah dipahami dengan 3 pendekatan yaitu sisi historis, sisi subtantif, dan sisi paradigmatif.
Berikut penjelasannya.
Dimensi historis
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah" begitu kata Bung Karno. Untuk itu, kita jangan melupakan sejarah Islam pula. Dari sejarah, kita dapat mengambil ilmu, ibrah, hikmah, semangat, dan esensi dari peristiwa masa lalu.
Istilah Ahlussunah waljamaah muncul setelah masa Imam Abu Hasan Al-Asy'ari, beliau merupakan salah satu ulama pada masa Khalifah Abbasiyah. Awalnya, beliau mengikuti madzhab Mu'tazilah yang sangat mendewakan akal. Pada masa itu, Khalifah Abbasiyah menetapkan Mu'tazilah sebagai madzhab resmi kekhalifahan.
Imam abu Hasan Al-Asy'ari mendapat Ilham setelah merenung selama 7 hari dan akhirnya beliau memutuskan untuk keluar dari Mu'tazilah. Pemahamanya dan pengikutnya menamakan diri sebagai Al-Asy'ariah atau Asya'iroh. Dalam perkembangannya ada istilah siapa itu Ahlussunah waljamaah? Ialah kelompok yang mengikuti madzhab Al-Asy'ariah dan Almaturidiyah.
Siapa itu Almaturidiyah? Adalah kelompok yang mengikuti Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Imam Almaturidi sendiri juga pernah berpindah haluan pemahaman yang awalnya kaku dan literal, menjadi pemahaman yang lebih kontekstual.
Dimensi substantif
Islam mempunyai memiliki dasar hukum berasal dari Al-Qur'an, Sunnah dan Ijtihad Ulama'. Pemahaman yang komprehensif akan memadukan ketiganya menjadi pemahaman yang utuh, tidak tercerai berai, dan lebih tematik.
Apakah kamu bisa memahami cara sholat hanya dengan menggunakan Al-Quran dan Hadits?
Tentu saja tidak, sekelas santri, atau mahasiswa yang berupa belajar akan sangat kuwalahan untuk belajar cara sholat saja jika langsung mengambil dari Al-Qur'an dan Sunnah. Maka, untuk mempermudah kita akan belajar sholat, kita bakan mengikuti cara yang praktis dengan mengikuti guru-guru, ustadz-ustadz, yang mengajari sholat.
Berdasarkan Hadits Jibril, yang menanyakan kepada nabi Muhammad tentang apa itu Iman, Islam dan Ihsan, keilmuan Islam berkembang menjadi 3 kajian utama yaitu aqidah, syariah, dan tasawuf.
Berikut adalah penjelasan tentang sub-ilmu dalam Islam.
Aqidah
Ilmu akidah berdasar pertanyaan Jibril tentang iman. Nabi menjelaskan bahwa iman adalah percaya dan yakin bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah SWT, beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul, hari akhir, dan qodho serta qodar.
Dalam hal aqidah, kita mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi. Dua madzhab ini menempatkan diri secara seimbang posisi Al-Quran sebagai kalam Allah, menempatkan akal, menempatkan kehendak manusia secara proporsional.
Syariah
Ilmu Syariah, yang menjadi terperinci dalam ilmu fikih, beranjak dari pertanyaan tentang Islam. Jawaban Nabi bahwa Islam itu dengan bersyahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menjalankan puasa, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakan.
Perintah yang sangat umum ini kemudian dirinci menjadi fikih ibadah yang rigid dan terperinci oleh ulama 4 madzhab. Beliau adalah Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi'i dan Imam Hambali. Sebenarnya ada Imam madzhab lain, namun 4 madzhab ini lah yang lebih kuat hujjahnya sehingga diikuti mayoritas umat Islam hingga sekarang.
Tasawuf
Pertanyaan terakhir, apa itu Ihsan? Ihsan adalah ketika engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, apabila tidak bisa, engkau merasa bahwa Allah melihatmu. Tasawuf mendidik hati dengan ilmu-ilmu untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati seperti, riya, ujub, takabur, dan menghiasi hari dengan sifat mulia seperti ikhlas, roja, dan khouf.
Dalam ilmu tasawuf ada jauh dari syariat, ada pula yang dekat dengan filsafat barat, sehingga terlihat ekstrim badan sulit dipahami oleh orang awam. Dalam hal ini, ulama Aswaja lebih memilih tasawuf yang sejalan dengan syariat dan sejalan dengan kaidah keilmuan dalam Islam. Rujukan utama tasawuf kita adalah Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.
Dimensi Paradigmatif
Aswaja tidak cukup jika hanya dipahami secara sejarah, dan dipahami secara substansial suatu madzhab. Dengan mengambil ibrah, dan esensi dalam peristiwa masa lalu. Nilai-nilai yang bisa kita ambil adalah sikap tengah-tengah (moderat) Imam Abu Hasan Al-Asy'ari. Nahdlatul Ulama merumuskan 4 nilai yakni tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun, (seimbang) dan taaddul (adil/tegak lurus).
Nilai-nilai tersebut juga tidak lantas diambil dari peristiwa, ada dalil-dalil rujukan utama dari Al-Qur'an yang menyeru untuk menjadi moderat. Dalam Website NU dijelaskan secara detail dalil-dalil tersebut, namun akan saya gambarkan secara singkat.
Empat nilai tersebut merupakan nilai yang terintegrasi satu sama lain. Tawasuth menekankan untuk moderat dalam bersikap, tidak ekstrim kiri atau ekstrim kanan. Tawazun menitikberatkan pada seimbang pada tataran dalil-dalil yang diambil, baik dari dalil aqli maupun Naqli. Tasamuh memberikan kelapangan hati dengan mempersilahkan orang lain berdasarkan apa yang orang lain yakini dan pahami. Sedangkan taaddul mengajarkan semangat konsisten terhadap yang telah diyakini dan dipahami, dan memutuskan perkara dengan proporsional.
Dari nilai itu pula, ulama-ulama Aswaja luwes dalam berperilaku namun teguh beragama. Ulama-ulama memahami mana yang boleh berbeda pendapat, dan mana yang sudah final, dan tidak bisa diubah sedikitpun.
Kegiatan-kegiatan keislaman ala NU dan ala PMII kita yakin ada dalilnya. Berislam itu memberikan pemahaman yang gradual kepada ummat. Tahlilan, dan slametan merupakan khas istiadat Islam Indonesia yang tidak lepas dari sejarah perkembangan di Indonesia. Pun sebenarnya, nabi Muhammad pun tidak memangkas habis budaya, adat istiadat masyarakat pra-Islam. Adat istiadat pra Islam tersebut semisal haji dan aqiqah.
Dengan memahami perjalanan Islam yang ada di Indonesia, kita akan merasa memiliki, merasa ingin menjadi pembela terhadap apa yang diyakini dan selalu mawas diri untuk belajar lebih dalam. Sesuai dengan tema mapaba kali ini, "menanamkan nilai handarbeni, hangrungkebi, mulad sarira hangrasa wani dalam ber-PMII". Dengan belajar di PMII pula, kita akan terus berusaha menjadi pembela bangsa dan penegak agama, sesuai dengan lagu mars PMII.
Selamat berproses, sahabat PMII Budi Utomo.