Strategi Penyebaran paham Islam Ahlusunnah Waljamaah di Kampus Umum.

Oleh Aliyul Murtadlo
Strategi dakwah An-nahdliyah pada kampus umum
Memang, semua kelompok mengklaim Ahlus Sunnah Wal-Jamaah (Aswaja), akan tetapi yang kami maksud ialah Aswaja yang mengikuti Imam Malik, Muhammad bin Idris, Abu Hanifah, dan Ahmad bin Hambal dalam bidang Fikih. Selama ini banyak kampus Negeri yang terhegemoni oleh paham keagaman non-Aswaja. Kebanyakan yang mengisi kebanyakan adalah Salafi, entah salafi ikhwani, salafi hizbi atau salafi yang lain. Entah kenapa paham salafi ini progresif berkembang di dalam kampus. Sehingga terlihat kaum nahdliyiin terpinggirkan dalam keagamaan di kampus.

Idealnya pemahaman Islam yang berkembang di kampus tidaklah paham keagamaan yang ekstrim. Paham keagamaan yang mampu mendampingkan antara kehidupan bergama dan kehidupan bernegara. Corak beragama wasathiyyah ialah corak yang paling dibutuhkan dalam pemikiran agama di dalam kampus.

Adapun pejuang dakwah kampus yang berlatar belakang Aswaja juga ada. Hanya mungkin  mereka tidak tergabung ke Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) maupun IPNU. Dengan keadan seperti ini pun anggota PMII menyikapi berbeda.

Baca pula Paradigma PMII sudah usang, masih relevan kah?

Yang paling utama untuk menghidupkan nilai Aswaja di lingkungan Kampus adalah menata niat. Niatkan untuk lii’la-i kalimatillah (meninggikan kalimat Allah). Karena saat ini PMII terjerumus dalam pemikiran yang sangat pragmatis. Pragmatis untuk mendapatkan kekuasaan, bahkan pragmatis juga dalam melakukan perjuangan dakwah.
Lagi-lagi PMII bertengger di BEM UM
Secara garis besar, metode dakwah yang dijelaskan Al-Quran ialah sebagai berikut:
Hikmah Kebijaksanaan
Hikmah diartikan sebagai perumpamaan untuk mengambil pelajaran dari kejadian atau kepribadian. Metode ini fleksibel dan dapat digunakan dimana saja. Cara yang ditempuh dengan cara antara lain:
Keteladanan dan uswatun hasanah. Cara ini ialah cara paling efektif, dengan keteladanan orang akan mudah mengikuti tokoh yang diteladani. Bukankah dalam surah Al-Ahzab:21 dijelaskan bahwa Nabi Muhammad merupakan keteladan yang baik bagi mereka yang rahmat Allah dan syafaat di hari kiamat? Bahkan Nabi terkenal Al-Amiin sebelum wahyu diturunkan kepadanya. Al-amiin inilah modal pertama sehingga Nabi Muhammad  SAW dapat mempengaruhi masyarakat Arab.
Dakwah dengan Percontohan. Cara ini diperlihatkan untuk ditiru atau setidaknya membuat orang simpati. Misalnya dengan penampilan Qori’, sehingga secara tidak langsung tergugah hatinya dan bersimpati dengan Qori’ atau event yang diadakan.
Dua hal di atas dapat dikembangka sesuai Citra Diri Kader Ulul Albab
Dakwah dengan Pameran pengembangan. Pameran yang dimaksud dapat berupa foto auliya’, atau benda-benda bersejarah lainnya. Dengan perantara itu, ada rasa untuk semakin atau ingin belajar agama lebih.
Bantuan sosial. Dalam konteks mahasiswa, lebih menarik untuk mendorong mahasiswa untuk saling bergbagi. Bantuan sosial akan diberikan kepada orang yang membutuhkan.
Makan bersama. Makan bersama yang dimaksud dalam bentuk buka puasa bersama, atau rujakan. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa “hati itu dekat dengan perut, apa bila ingin mengambil hati, ambillah perutnya”.
Mauidhoh hasanah atau perkataan yang baik.
Mauidhoh hasanah adalah memberi pelajaran yang baik. Menjadi panutan dalam berperangai dalam berbicara mauun berperilaku. Mauidhoh  hasanah dapat melalui Silaturrahim, Sarahsehan, Kursus, atau Majlis ta’lim.
Debat dengan cara baik
Dalam istilah Al-quran disebutkan mujadalah billati hiya ahsan. Dalam versi lain dapat dirtikan sebagai tukar pikiran. Etika dalam berdebat sangat diperlukan. Bahkan Imam Ghozali berdoa agar kebenaran muncul dari pihak yang berseberangan, sehingga bertambahlah ilmunya. Sebisa mungkin dihindari perdebatan.

Gambaran Metode diatas sangatlah umum dalam mengembangkan Aswaja. Dengan konteks kampus yang kering siraman rohani dan rentan ekstrimisme, peru direncanakan rancangan yang lebih strategis dan taktis.

Memang kaderisasi (apalagi untuk  e pengembangan  e Aswaja) tidak cukup dengan kultural organisasi. Kaderisasi kultural memiliki plus minusnya. 

Menurut Penulis, Langkah-langkah pengembangan Dakwah Aswaja di Kampus Umum kurang lebih dengan metode berikut:
1. Internalisisasi prinsip Aswaja pada tiap diri anggota PMII
Pada setiap anggota PMII telah dikenalkan dengan nilai-nilai Aswaja antara lain tawasuth, tawazun, tasamuh, dan i’tidal. Konsekuensi dari nilai-nilai ini anggota PMII bisa berinteraksi dan diterima mahasiswa secara luas. Anggota PMII sadar bahwa keberadaannya harus diterima di kalangan mahasiswa umum. Setelah diterima anggota PMII baru dapat mengaktualisasikan aswaja kepada mahasiswa di sekitarnya.

2. Silaturrahim Kelompok alumni atau mahasiswa pesantren
Selama ini di kampus umum terdapat organisasi alumni pendok pesantren dari berbagai daerah. Dari Bahrul Ulum Jombang, Tarbiayatut Tholabah Lamongan, At-Tanwir Bojonegoro, Nurul Jadid Probolinggo. Melalui kesamaan kultural dijalin komunikasi dan sekali dua kali mengadakan kegaiatan bersama seperti  mengaji bersama atau kegiatan lain yang mempererat persaudaraan.
3. Kelompok belajar mengaji Aswaja di internal PMII
Mengaji dalam bidang aqidah, fikih, dan tasawuf secara bersamaan. Mengaji menjadi rutinan dan dibiasakan. Dari bidang akidah, memberi keyakinan bahwa Aswaja menjadi cara berakidah yang paling shohih dengan menjaga keberadaan nas, dan mentakwil nas jika membelakangi  pemikiran. Sehingga diperoleh cara bertauhid yang benar. Bidang fikih, Ulama’ Aswaja menjadikan pijakan Al-Quran, Hadits, Ijma’ dan Qiyas . Hasil ijtihadnya lazim kita ketahui dengan Imam 4 madzhab. Tasawuf ditekankan adanya maqomat (level) tertentu. Membagi menjadi syariat, haqiqat dan ma’rifat. Zuhri membagi maqomat-maqomat yakni: tawbah, zuhd, wara’, faqr, shabr, tawakkal, dan ridha. Dalam proses antar tahap itu ada khowf, raja’, fana, dan fanaul fana.
Hasil kajian tidak hanya didengarkan, tetapi perlahan diamalkan. Sesekali diistiqomahkan untuk berpuasa senin kamis, atau puasa ayyamul bith. Sehingga, penempaan diri tidak hany dalam urusan akal dan logika saja, tetapi juga penempaan hati melalui puasa, dzikir, wirid, rotib dan maulid atau manaqib.
4. Dakwah media dengan media yang ada.
Selama in kita terpaku kepada kepemimpinan dakwah kampus yang ada. Padahal banyak media yang dapat digunakan untuk mengembangkan dakwah di kampus. Seolah-olah kalu tidak memiliki kepemimpinan lembaga dakwah kampus, kita tidak dapat melakukan dakwah. Hamzah Ya’qub membagi menjadi 5 macam yaitu dengan lisan, lukisan, audio visual, akhlaq. Menurut penulis metode yang paling efektif dengan akhlaq (metode hikmah kebijaksanaan), karena Nabi pun media dakwah utama ialah uswah hasanah. Media lisan, lukisan atau audio visual tidak sulit kita gunakan, setiap individu memiliki Tuhan yaang ada di genggaman mereka berupa handphone. Melalui handphone bisa membuat meme islam, audio visual (melalui dubsmahs atau yang lain). Media publikasi pun tidak jauh, dapat melewati BBM, WhatsApp, bahkan instgram.
Dulunya artikel ini di buat, belum ada gerakan sekuat AISNusantara di jagad Instagram

5. Pembagian peran pengembangan Aswaja di internal dan eksternal PMII
Peran penguatan yang ada di internal PMII mewacanakan bahwa madzhab keagamaan dan manhaj PMII yang paling absah dalam mengapai intinbath gerakan mahasiswa. Sedangkan di eksternal PMII, menyajika Islam yang ramah, menarik, menyejukkan, dan menetramkan.  Sehingga melepas batas apa yang ingin dicari oleh mereka. Kadang bendel NU atau Nahdliyiin juga harus dibredel ketika medan berbeda.

6. Masuk organisasi keagamaan di kampus
Individu yang masuk organisasi keagamaan (LDK, atau Lembaga Pembinaan Al-Quran). Selayaknya meiliki i’tikad untuk beribadah dan untuk mengabdi di organisaasi tersebut. Meskipun ada maksud untuk mendakwahkan Aswaja kepada oraganisasi tersebut. Yang menjadi perhatian bahwa itu bukan tujuan utama. Jika diteima Al-hamdulillah, jika tidak diterima tidak apa-apa. Disini prinsip tasamuh harus diterapkan.

7. Mendirikan atau menginisiasi kegiatan keagamaan di kampus yang berlatas belakang Ahlus Sunnah Wal-Jamaah.
Jika organisasi keislaman memungkinkan untuk Syiar Islam Aswaja An-Nahdliyyah maka silahkan didiyiarkan melalui itu LDK itu. Akan tetapi jika tidak memungkinkan alangkah baiknya untuk membentuk lembaga keislaman dengan label tradisi NU.
Hak paling utama untuk menghidupkan nilai Aswaja di lingkungan Kampus adalah menata niat. Hilangkan pemikiran pragmatis tentang dakwah, pikirkan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Perlu rasa tawadhu’ untuk mengembangkan Aswaja ala Nahdliyin dan PMII. Rancangan ide harus jelas, dan dialakukan dengan aksi tepat dan dievaluasi secara berkala untuk selalu memperbaiki diri.

Selebihnya, ini sebatas strategi. Untuk benar-benar memperjuangkan kehidupan aswaja di kampus umum memerlukan kerja keras. Sehingga, kampus umum menjadi damai dan sejuk tanpa indikasi benih-benih ekstremisme.

Yuk baca juga Ahok dipenjara? Begini sikap saya

Disqus Comments