Pendidikan memang mahal. Bukan masalah pengetahuan yang menjadikan mahal. Tetapi mainset masyarakat yang menjadikan pendidikan itu mahal. Bukan saya mendukung proses kapitalisasi pendidikan. Tetapi pendidikan adalah proses menjadi bangsa menjadi terdidik. Terdidik dalam pola pikirnya dan terdidik dalam sikapnya.
Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk merubah bangsa, bahkan dunia. Saya katakan ampuh, karena pendidikan bukan megajarkan pengetahuan semata, namun sikap ikut diajarkan. Saya katakan "bangsa" karena subyek pendidikan adalah manusia. Bukan sekadar "warga negara" yang konotasinya menuju sikap politik.
Saya belum mendapatkan data mengenai peningkatan pendidikan Indonesia. Akan tetapi, saya miris dengan sikap pendidikan terhadap bangsa atau sikap warga terhadap pendidikan itu sendiri. Warga negara mengimpikan pendidikan yang murah meriah (bukan terjangkau) sedangkan pendidikan mengimpikan masyarakat sepenuhnya sadar akan pentingnya pendidikan.
Saya katakan warga negara mengimpikan pendidikan yang murah meriah saja. Sehingga mereka bisa dengan senang hati dan (bahkan) seenaknya sendiri memperlakukan pendidikan sesuai kemauannya. Fenomena siswa SMP membolos sekolah misalnya, menjadi tanda bahwa pendidikan hanya murahnya saja diinginkan, tetapi tidak dihargai. Kasus guru dituntut karena menjewer siswa menandakan sikap meremehkan pendidikan. Pendidikan perlu dihargai. Bukan dengan materi, tetapi dengan apresiasi.
Warga negara selalu mengimpikan pendidikan yang murah meriah sehingga kesejahteraan guru pun dilalaikan. Di desa saya (Napis, Tambakrejo) ada saja yang menarik anaknya untuk mengaji. Lantaran berdasar musyawarah wali murid lainnya menghendaki bisyarah bulanan Rp 1000 per bulan. Ada pula fenomena kabur dari tambahan pengajaran untuk persiapan Ujian Nasional. Meski pengajaran tambahan tersebut tidak dipungut biaya.
Sekali lagi jangan saling bermimpi, tanpa tindakan. Jangan-jangan mimpi itu mengimpikan hal yang lain. Atau keasyikan bermimpi tapi tidak ada realisasi, bisa jadi tindihen (istilah jawa). Kesadaran akan pentingnya pendidikan harus dimulai dari sekarang.
Pendidikan bukan soal kaya miskin, pintar atau bodoh. Tetapi pendidikan menunggu manusia agar mau mengejanya. Jangan minder jika anda miskin, atau bodoh. Bahkan miskin dan bodoh pun memuliki kesempatan yang sama dalam mengeja pendidikan.
Saya juga masih teringat materi Agama SMP dalam bab keutamaan ilmu. Ilmu itu penting, saking pentingnya Nabi Muhammad memerintakan mencari ilmu ke Negeri China. Apakah Nabi memerintahkan untuk belajar Agama ke China? Bukan. Bahkan China pun belum mengenal agama Islam. Nabi juga memerintahkan untuk mencari ilmu, bahkan mencari ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Saking pentingnya ilmu.
Sekali lagi ilmu itu penting, bagi kita (termasuk penulis) yang miskin lagi bodoh masih ingin mengenyam pendidikan. Pendidikan itu utama dan pertama. Jangan ikut-ikut pemahaman Barat yang menjelaskan bahwa makan itu didahulukan. Ilmu jauh lebih mulia. Berapa banyak ulama' dan cendikiawan yang hidup sederhana dalam harta. Tetapi masih kurang untuk mencari ilmu.
Sekali lagi ilmu itu penting. Mencari ilmu bukan perkara jadi apa engkau setelah mencari ilmu. Bukan perkara engkau jadi guru, jadi dosen, bahkan bermimpi jadi presiden sekalipun. Mencari ilmu itu kemulyaan yang diiringi kepakan sayap malaikat dari ujung timur sampai ujung barat. Sungguh celaka kita, jika mencari ilmu untuk kebahagiaan dunia. Ingin dipuji, dianggap pintar, lebih hina lagi menginginkan harta dunia degan ilmu. Balasan yang setimpal dengan ilmu adalah akhirat.
Aku tidak dapat menyimpulakan apa-apa. Ilmu itu, menurut kitab Alala, adalah keutamaan dan kemulyaan dari segala tingkah terpuji.