Salah kaprah pemahaman tentang OMEK banyak di kalangan mahasiswa, terutama dedek-dedek maba. Emang sich maba adalah
Yuk berpikir lebih jeli.
Kesalahan pertama #Terlalu mudah menggenaralisasi
Sama halnya dengan 5 orang buta yang memegang gajah, dan letaknya berada-beda. Ada yang di depan, di samping, di belakang. Masing akan menanggap dirinya paling benar. Padahal, kalau mau dikombinasikan, maka itulah pemahaman yang utuh.
Kesalahan kedua #OMEK ilegal
Nah, biasanya ada ini isu kayak begini. Biasanya yang melempar isu kayak gini gara-gara posisinya "terancam".
Kala mau legalisasi, setiap OMEK punya legalisasi uang terdaftar di Kemenpora, Jagan nyari di Dirjen Dikti, bukan tempatnya.
Kesalahan ketiga #OMEK main politik tok
Gk sepenuhnya salah kalau OMEK main politik, tapi kalau ada tok-nya jadi masalah. Pasalnya, tiap OMEK memiliki kegiatan utama yakni kaderisasi yang berkelanjutan dari tingkat fakultas/kampus hingga tingkat nasional. Tiap OMEK juga punya jenjang organisasi hingga tingkat pusat.
Opini ini ada benernya. Tiap kali antar omek saling kontestasi dalam era tahunan pemilu kampus. Tapi masak setahun isinya politik mulu, rek rek. Apa gak capek?
Hingga selajutnya ada cap...
Yang keempat, #OMEK itu partainya mahasiswa.
Kalau dalam arti luas partai diartikan sebagai organisasi atau kelompok itu bener. Seperti dalam kata "pembelian everae maupun patrta"
Tapi kalau partai politiknya mahasiswa tentu gak bener juga kan?
Bagi mahasiswa dari kampus yang gak berpartai, coba tanya deh temannya yang ada di kampus sebelah. Kampus yang masih memiliki sistem partai politik mahaswa itu seperti UGM dan UMM.
Coba aja tanya.
Kesalahan kelima #OMEK jahat
Pendapat semua omek jahat atau salah satu OMEK pasti ada gara-garanya. Gara-gara pernah ngalamin hal yang gak mengenakkan ketika bersinggungan dengan OMEK tertentu. Entah gagal masuk HMJ/BEM gara-gara gak satu OMEK hingga kalah kontestasi politik pemilihan HMJ/BEM.
Coba deh baca materi kaderisasi mereka yang ngajarin jahat. Gak bakal nemu.
Kesalahan keenam #OMEK aliran sesat
Bukan aliran sesat, cuma beda pendapat saja. Yang satu suka gaya-gaya urakan, satu lagi gaya-gaya anak masjid. Yang satu suka diskusi filsafat Islam misalnya, satu lagi suka belajar fikih Islam.
Lha kalau filsafat dihadapkan secara diametral dengan fikih, ya jelas si fikih bakal ngatain sesat. Wong si filsafat mencari kebenaran, ya kadang-kadang salah nemu. Sedangkan si fikih suka verifikasi kebenaran, kalau gak sama dengan dia dibilang makruh, haram hingga bid'ah pun bisa jadi stempel.
Solusi nih ya... Jadi open minded, berpikiran terbuka. Apalagi di era keterbukaan informasi seperti ini...
Langkah pertama...
#1 Melek media.
Kamu punya pertanyaan apapun sekarang internet internet bia kasih jawaban. Termasuk kebingungan kamu dalam mengahadapi hal-hal goncangan baru ketika mahasiswa baru
Jaman admin maba, susah ngakses internet. Kita harus ke warnet dulu.
Sekarang, tinggal buka HP. Paketan di tanggung sendiri. Kalau habis, nyari Wi-Fi, kalau mentok nyikat tethering si doi.
Kalau ada posko kos dan pondok pesantren seperti yang ada di Universitas Negeri Malang (UM) itu bagus juga. Buat antisipasi biar kamu gak keciduk sama yang radikal
#2 Pelajari tuh isinya
Blak-blakan nih, bandingkan antar OMEK hari HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI. Bandingin deh, dari akar ideologinya hingga praktik gerakan hingga rekam jejal alumninya.
#3 Bandingkan yang terbaik menurut kamu.
Kamu cocok yang mana terserah, yang suka ke-NU-an cocoknya PMII, yang suka ke-Muhammadiyah-an ambil IMM, yang gk begitu peduli dengan ormas, yang penting Islam masuk ke HMI. Yang suka gerakan Islam ala-ala Ikhwanul Muslimin cocok di KAMMI.
#4 Tentukan pilihan kamu
Silakan memilih, oh ternyata gk ada yang cocok. Ya gak usah masuk.
Mending nerusin hobi kamu, di UKM banyak wadahnya. Minat dari olahraga, hingga fotografi, semua ada. Kalau gk ada buat kelompok peminatan sendiri.
Kalau sudah ada banyak anggotanya, daftarkan sebagai UKM. 😁
PERHATIAN!
Cuma satu yang paling saya saranin, Jangan pilih Organisasi yang ragu-ragu sama Pancasila, apalagi benar-benar menentangnya.
Mau nyari pembenaran apapun, gk bener jadinya. Jadi Radikal yang destruktif malah...
Punya kritik pendapat saya? Silahkan