5 Peta Gerakan Islam di Indonesia, 3 di Antaranya Belum Anda Ketahui


Islam adalah agama yang universal dan memiliki perjalanan panjang dari sejak keahirannya, 14 abad silam hingga saat ini. Perjalan penjang meretas benua menghasilkan diaspora yang beragam dalam  pandangan polotik dan pemahaman berteologi. Semua itu saling terkait sehingga dalam penjelasan firqoh-firqoh, suatu kelompok teologis sama memiliki pandangan politiknya.

Gerakan Islam menjadi varian dari yang ada dalam gerakan-gerakan ideologis. Sebut saja ideologi kanan-liberal-kapital dan kiri-sosialis. Namun begitu, percaturan ideologi tak setenang air dalam kolam, ideologi selalu berkembang menyerati konteks ruang waktunya. Kini Ideologi kanan pun beranak menjadi ideologi kanan-liberal dan kanan-konservatif, begitu pula gerakan kiri menjadi gerakan kiri-radikal dan sosial-demokrat (kiri moderat).

Peta gerakan Islam tidak serta merta metani nama-nama organisasi keislaman. Sebuah gerakan islam tidak hanya dipahami secara  sutansi keyakinan suatu kelompok, akan tetap perlu juga dipahami motif politis, aksi-aksinya, hingga jaringan globalnya.

Buku Ideogi Pasca Reformasi Karya As'ad Said Ali membagi menjadi kelompok Ideologi Gerakan Pasca Reformasi membagi dalam beberapa pandangan Islam sebagai berikut:

#1 Modernis
Kelopok Islam dengan ciri utanmanya memajukan Islam dengan pengemangan gagasan rasionalisme, liberalism, dan moderisme. Kelompo ini aa yang menggunkan strategi poitik melalui partai, aa pula yang memilih jalur kultura, non-partai, bakan menolak Islam politik.
Kelompok Islam modernis ini ada dua jenis: liberal dan radikal. Keompok liberal adaah kelopo yang mengusung sekulersasi politik dan ekonomi, sedangkan radikal menolak sekulerisasi dan westernisasi. Contoh kelompok liberal yakni JIL, pengikut Nurcholis Majid, dll. Sedangkan Radikal adalah Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir

#2 Tradisional Konservatif.
Adalah kelompok Islam yang mengedepankan sikap moderat, kooperatif, dan bisa berakmodasi dengan Negara. Kelompok Islam ini merupaka kelompok soi keagamaan mainstream di masyarakat seperti NU, Muhammadiyah, NW, Perti, Persis, Al-Washliyah, dll. Menurut Suaedy, Muhammadiyah digolongkan sebagai kelompok modernis. Akan tetapi menurut As'ad Said Ali, Muhammadiyah memang cenderung modernis dalam sosial keagamaan namun dalam ranah polotik cenderung konservatif.

#3 Transformis
adalah kelomok ynang memandang Islam sebagai kekuatan yang progresif dan transfomatif dalam membela kaum marginal, menegakkan keadilan, dan melawan kedzaliman.
Kelompok ini beorienasi politik sekaligus kulturl dalam gerakannya, dan tidak memiliki problem  dengan negara bangsa, demokrasi, dan cenderung terbuka. Pemikir dunia yang diikuti dalam gerakan ini adalah Ashghar Ali Enginer, Hasan Hanasi, Ali Shariati, Sedangkan di Indonesia dipopulerkan oleh Muslim Abdurrahman, dan Masdar F Masudi.

Kelompok Transformis dan Modernis Liberal menurut Mark Woodward dari Bapak Suaedy dimasukkan dalam kelompok neo-modernisme. Kelompok ini bercirikan adanya kritik terhadap doktrin yang sudah mapan. Kelompok ini menggunakan analisis metode-motode dan filsafat tertentu dalam mengupas teks maupun realitas sosial. 

#4 Fundamentalis
Kelompok ini mengagendakan kebangkitan hegemoni dunia Islam, cenderung menolak demokrasi, bergerak kasat mata, dan memiliki  jamaah yang eksusif. kelopok ini sering disebut sebagai salafi. Kelompok ini berciri revivalis dan memahami Islam amat tekstualis, penampilan mereka cendeung meggunakan celana cingkrang dan berjenggot.

Ada satu kelompok lagi menurut Mark Woodward yang saya ambil dar Artikel Bapak Suaedy yakni:
#5 Indigized Islam. 
adalah sebuah ekspesi Islan yang berifat local dan yang secara KTP bragama Islam, namun lebih memilih melakukan lokalitas daripada menerapkan ortodoksi Islam. Dalam masyarakat jawa mereka disebut sebagai abangan. Pandangan poitik mereka cenderung memisahkan antara urusan agama dengan politik, bukan karena terpengaruh paham sekulerisme, akan tetapi kecenderungan pandangan politik yang berangkat dari lokalitas.

Gerakan Non-Mainstream di Indonesia. 
Gerakan yang dimaksud adalah organisasi atau jamaah yang baru-barumuncul pasca reformasi. Gerakan ini ada dua bentuk yakni non-salafi dan salafi. Gerakan non-salafi bercirikan mengikakan diri pada semangat menjadkan doktrin secaraa kaffah dalam arti literal. Sedangkan Salafi berusaha mewujudkan ide politik yang berlainan dengan formulasi gerakan Islam mainstream. Contoh gerakan non-saafi adalah Darul Arqom, Jamaah Tabligh, Ikhwanul Muslimin, Isa Bugis, IJABI, FPI, DI, HT, dll. Sedangkan Salafi misalnya MMI, Laskar Jihad, Jamaah Islamiyah, Hakim Abdul Sawed, Abd Hakim Hadad, Yazid Jawas dll.

Memahami peta Gerakan non-mainstream memang tidak semudah dipikirkan. Salah kaprah jika celana cingkrang langsung kita sebut sebagai salafi-wahhabi atau konstituen partai A pasti kelompok tertentu. Pemahaman tentang jaringan gerakan salafi dan non salafi perlu diperdalam agar kita tidak terjebak dalam hal yang ekstrem.

Diakui bahwa antar kelompok salafi dan non salafi ini ada saling mempengaruhi, saling berafiliasi satu dengan yang lain. Sebut saja bahwa perkawinan antara pemikiran wahhabi dan IM menghasilkan gerakan kelompok JI, yang menjadi pelaku utama aksi bom di Indonesia di tahun 2000-2010. Meskipun kelompok wahhabi sudah pasti mentahdir JI dan IM dengan banyak alasan. 

Bentuk gerakan ini ada tiga jenis, yakni: jihadis, reformis, dan rejeksionis. Kelompok Jihadis adalah kelompok yang sering melakukan terror dalam bentuk kekerasan, sedangkan reformis adalah memberikan tekanan kepada pemerintah tanpa kekerasan dan rejeksionis dengan melakukan penolakan damokrasi dan melakukan tekanan-tekanan terhadap kebijakan pemerintah.



Posisi PMII dalam Gerakan Pasca Reformasi
Jika dilihat dari induknya, PMII cenderung konservatif-tradisional namun tidak serta merta sama. PMII telah melakukan proses radikalisasi untuk meresistensi Rezim Orde Baru. Maka dari itu varian-varian pemikiran PMII yang modernis sekaligus Transformis juga hidup dalam PMII. Sampai saat ini (2018) pemikiran transformis ala Ali Shariati, Ashghar Ali Engineer, dan Hasan Hanafi masuk dalam kurikulum Pelatihan Kader Dasar (PKD). 

Gerakan non-mainstream memang sedang menjamur di Indonesia, tak akhal bila semakin berkembang di Indonesia. Sangat dimungkinkan adanya benturan dengan adanya gerakan islam mainstream. bahkan benturan antara sesama gerakan non-mainstream. Meski menawarkan model pemerintahan Islam yang berbeda, tetapi mereka sama-sama menawarkan formalisasi syariah dalam bernegara, kecuali Jamaah Tabligh dan Salafi Dakwah. Terbukti dengan adanya gelombang demonstrasi berjilid-jilid selain mengusung kasus pencemaran agama oleh BTP, juga berhasil memperluas wacana khilafah, NKRI bersyariah, Indonesia Bertauhid dsb. 

Ide mengformalkan syariah secara pemikiran tentu sah-sah saja, sebagai bentuk kebebasan berkekspresi. Apabila sudah mengancam kedaulatan negara, maka harus ditindak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.



pmii, mars pmii, materi pkd, kurikulum pkd, materi pmii,pelatihan kader dasar, materi pelatihan kader dasar, peta gerakan Islam di Indonesia, macam-macam gerakan Islam di Indonesia, makalah peta gerakan Islam di Indonesia, artikel materi gerakan Islam di Indonesia, materi PKD gerakan Islam di Indonesia,  makalah gerakan Islam, dakwah Islam, islamisme,  

Disqus Comments